NeuroLeadership – Kepemimpinan & Neuroscience

Sejak diketahui neuroscience berpotensi secara signifikan dapat membantu bidang ilmu manajemen dan kepemimpinan, maka mulailah berkembang pesat ilmu neuroscience yang berhubungan dengan pola pikir dan perilaku, seperti : empati, penolakan sosial, kesadaran diri, faktor-faktor sosial dalam pengambilan keputusan, teori pola pikir, hubungan sosial, dan pengelolaan emosi. Kesemuanya itu berhubungan erat dengan teori-teori kepemimpinan. Atas dasar inilah maka diusulkanlah formalisasi bidang baru khusus, yaitu NeuroLeadership, yang didedikasikan dan berkomitmen untuk menjelajahi proses yang terjadi didalam otak manusia , yang mendasari atau mempengaruhi keputusan manusia, perilaku manusia, dan interaksi di tempat kerja dan lain sebagainya.

Neuroleadership adalah bidang antar disiplin ilmu, yang mengeksplorasi sifat-sifat neuron sebagai sel pembentuk otak dengan praktek kepemimpinan dan manajemen, serta merupakan persinggungan antara bidang ilmu  kognitif sosial, affective neuroscience, neuroscience kognitif, integrative neuroscience, neurobiologi dengan domain lain dalam neuroscience, dan pertanyaan serta teori-teori dari kepemimpinan dan manajemen ilmu-ilmu sosial. Tujuan penelitian bidang ini adalah untuk meningkatkan efektivitas kepemimpinan dalam lembaga dan organisasi, dengan mengembangkan ilmu pengetahuan untuk kepemimpinan dan pengembangan kepemimpinan, yang secara langsung memperhitungkan fisiologi pikiran dan otak. Hal ini disebabkan karena:

Pertama, neuroscience memberikan penelitian berbasis bukti ilmiah dan melengkapi soft skill dengan hard science.
Kedua, dengan mengidentifikasi aktif, unsur-unsur biologis dalam intervensi kepemimpinan, efektivitas usaha-usaha pengembangan kepemimpinan dapat ditingkatkan.
Ketiga, neuroscience memberikan informasi berbasis penelitian ilmiah yang solid, yang pada akhirnya mendorong penemuan-penemuan berikutnya, serta inspirasi baru dalam pengembangan kepemimpinan yang lebih maju dan canggih.

Karena itulah maka formalisasi NeuroLeadership harus didorong secara menyeluruh ke seluruh Indonesia, dengan tujuan untuk pengembangan efektifitas para pemimpin, dan proses untuk peningkatan kualitas kepemimpinan.

NeuroLeadership berfokus pada bagaimana individu dalam lingkungan sosial membuat keputusan dan memecahkan masalah, mengatur emosi mereka, berkolaborasi dengan dan mempengaruhi orang lain, dan memfasilitasi perubahan; jadi, NeuroLeadership melibatkan “orang”, sebagai pelengkap fungsional dari sisi bisnis. Alvaro Pascual Leone (neurosaintis Harvard Medical School), riset-risetnya membuktikan bahwa pikiran (imajinasi) dapat mengubah otak baik secara physical practice dan mental practice. Jeffrey Schwartz dalam risetnya pada penderita OCD membuktikan bahwa otak dapat merubah pikiran dan melakukan penyembuhan.

Salam NeuroLeadership Indonesia

One Response

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *