Esensi dari content ini adalah memunculkan kesadaran dan tindakan sebagai seorang pemimpin. Proaktif Insani Mulia tidak mengartikan Kepemimpinan/Pemimpin sebagai sebuah posisi/jabatan melainkan sebagai sebuah kemampuan dari seseorang/Insani untuk melakukan sebuah tindakan dan perubahan yang membuat kehidupan pada dirinya dan lingkungannya menjadi lebih baik. Kepemimpinan lebih dilihat sebagai sebuah kata kerja dan kata sifat yang bisa diadopsi siapa saja dalam peran apa saja. Yang paling utama adalah bagaimana Kepemimpinan mampu memunculkan Potensi Kekuatan Unik di setiap Insani dan Organisasi.
Leadership Angle:
Bila berbicara mengenai efektifitas sebuah tim maka kita seringkali mengasosiasikan dengan bagaimana tim tersebut bisa mencapai misi, visi dan sasaran yang dilekatkan pada tim tersebut. Selama pengalaman saya memfasilitasi dan sebagai konsultan diberbagai perusahaan, tim dan organisasi di Indonesia, banyak sekali keluhan yang dikemukakan para klien-klien saya terutama mengenai kerjasama tim yang kurang solid, ego sektoral, kegagalan implementasi strategi, dsb. Hal ini menyebabkan pencapaian hasil tim tersebut menjadi kurang efektif baik secara kualitas maupun kuantitas.
Terdapat hubungan yang kuat antara Efektifitas Organisasi / Team dengan kualitas Kepemimpinan yang ada di dalamnya. Jadi apabila kita ingin mendapatkan hasil efektif di luar harus dimulai dengan membangun efektifitas didalam yaitu mulai dari setiap individu yang ada di dalam sebuah tim. Sebagai sebuah ilustrasi, ada klien saya yang bergerak didunia migas merasa perlu dibantu untuk mempersiapkan sebuah tim eksplorasi dan produksi yang terdiri atas berbagai macam unsur; tantangan pertama yang harus dijawab sebelum masuk kedalam aspek teknis tim tersebut adalah bagaimana setiap individu bisa melihat, mendengar dan merasakan seperti apa tim yang efektif ini nanti dapat bekerja. Setiap individu yang ada dalam tim tersebut harus memiliki kesadaran bahwa saya siap menerima dan bisa berkontribusi untuk mewujudkan sebuah tim yang sukses dan efektif.
Membangun tim yang solid harus selalu dimulai dengan memilih tim yang solid. “First Who, then What”, itulah yang dikatakan oleh Jim Collins dalam buku best sellernya Good to Great, bahwa bila kita ingin membangun sebuah organisasi/team yang hebat maka penelitian dia menujukkan semua perusahaan hebat seperti Apple, IBM, GE, Microsoft, Kimberly Clarks mereka memiliki kesamaan yaitu selalu concern mengenai manusianya pertama kali, sebelum sibuk memikirkan apa yang mau dilakukan. Maksud dari kata-kata ini adalah, para leader di perusaan tersebut lebih concern memikirkan values dan passion dari orang-orangnya sebelum concern mengenai produk apa lagi yang harus diciptakan. Para leader tersebut meyakini bahwa produk atau services yang hebat dimunculkan dari manusia bukan dari alat. Kreatifitas dan inovasi sebagai kunci dari tim yang hebat sebagaimana dikatakan oleh David Rock di bukunya “Quiet Leadership” dimulai dari komponen terkecil manusia yaitu terkoneksinya antara neuron-neuron dalam otak manusia secara baru yang probabilitas terjadinya koneksi baru adalah sebanyak bintang-bintang di galaksi tatasurya bimasakti. Sangat luar biasa potensi yang terkandung dalam otak satu orang manusia. Dari penelitian para neuroscientist ternyata kita sebagai manusia baru menggunakan sekitar tidak lebih dari 10% kapasitas otak kita.
Kepercayaan adalah modal utama seorang Pemimpin dalam menjalankan tugasnya membawa tim menjadi efektif dan selaras. Akan sangat sia-sia tingkat kecerdasan tinggi yang dimiliki seorang pemimpin bila tidak ada kepercayaan dari anggota timnya. Semua akan dilihat sebagai tidak tulus, ada kepentingan tersembunyi, ada modus, dsb. Namun bila diawali dengan kepercayaan yang cukup bisa membuat para anggota terlibat untuk ikut berkontribusi. Jadi pertanyaan pertama yang harus dijawab oleh seorang pemimpin adalah: “Bagaimana saya membangun, memperkuat dan mengembalikan Kepercayaan”.
Bila kepercayaan sudah muncul, maka sebagai pemimpin kita mulai membangun level kepemimpinan kedua dalam tim yaitu bagaimana mewujudkan keterlibatan dalam perbedaan. Peran pemimpin harus mampu menciptakan ambiance / suasana dalam tim dimana para anggotanya tidak takut atau menarik diri dalam menyampaik aspirasi dan pemikirannya. Banyak tim yang gagal karena anggotanya cuek saja atas apa-apa yan terjadi dalam eksekusi sebuah tim. Masalah-masalah besar selalu bermula dari masalah kecil; bila para anggota tim merasa terlibat maka masalah kecil dapat dicegah secara lebih dini. Hal ini seperti yang terjadi pada salah satu klien saya untuk isu keselamatan kerja. Karena tidak adanya keterlibatan dari para membernya, sehingga semua aktifitas hanya dilakukan secara formal saja, yang penting dilakukan, masalah kualitas EGP (emang gw pikirin). Apa yang terjadi adalah kecelakan fatal yang tadinya hanya diawali oleh kejadian-kejadian nearmis (hampir fatal) yang tidak ditindaklanjuti secara disipilin kelompok. Involvement sangat mungkin sekali untuk diwujudkan oleh seorang leader, dari bagaimana dia berbicara dan mendengarkan serta respon yang diberikan terhadap timnya sehari-hari.
Faktor kepemimpinan ketiga setelah keterlibatan adalah bagaimana menjaga ambiance ini menjadi “Commitment” kelompok. Fungsi kepemimpinan sudah dapat dikatakan berhasil bila terwujudnya sense of commitment dari seluruh anggota kelompok. Beberapa hal yang dapat seorang leader lakukan untuk mewujudkan komitmen adalah antara lain: memberikan pujian atas perilaku positif anggota tim; memperjuangkan aspirasi anggota tim; memberikan coaching positive bagi anggota tim; dsb. Level commitment dari anggota tim akan menjadi “lead measure” terwujudnya goal/sasaran dari tim.
Faktor kepemimpinan keempat untuk mewujudkan tim yang efektif setelah terwujudnya komitmen adalah mewujudkan disiplin Akuntabilitas. Pada level ini Leader akan banyak focus dengan bagaimana tim melakukan eksekusi teknis dari pekerjaan utama yang harus dilakukan. Akan sangat penting bagi seorang pemimpin untuk melengkapi dirinya dengan sebuah system eksekusi untuk membantu memastikan tim melakukan eksekusi secara effective dan efisien.
Faktor kelima yang menjadi kerucut dari model piramida ini adalah memastikan tim berhasil mencapai / Achieved / Closing terhadap target yang diberikan. Peran pemimpin pada level ini adalah “clear the path”; memastikan tidak ada hambatan sekecil apapun yang bisa menghambat tim untuk closed the target.
What U can do/contribute right now:
Brobah.com bekerja sama dengan Roy Amboro dari Proaktif Insani Mulia, secara rutin akan menghadirkan content Leadership Todays. Sebuah artikel singkat untuk memunculkan Potensi Kekuatan Unik di setiap insani dalam menghadapi berbagai tantangan hari ini.