Ada salah satu bagian dari rukun Islam yang berkaitan dengan aktivitas sosial, bagian itu bernama zakat. Tak jarang ia disebut sebagai ibadah sosial yang utama. Nilainya bisa di atas ibadah lain karena berdampak positif bagi lingkungan.
Secara syariat, Allah Subhanahu wa ta’ala menjanjikan reward atau balasan yang berlipat ganda bagi orang yang dermawan. Balasan itu dapat berupa ketenangan, kebahagiaan, kedamaian, serta penghargaan yang amat besar, bukan hanya dari Allah, tetapi juga lingkungan sekitarnya. Lihatlah betapa bangga dan bahagianya orang seusai bederma.
Saya belajar banyak dari ibadah sosial ini, utamanya terkait dengan pengembangan neurosains. Perasaan bahagia yang muncul sewaktu kita memberi ternyata berhubungan dengan peningkatan hormone oxytocin yang terletak pada bagian belakang atau posterior kelenjar pituitary di otak. Kondisi ini mirip seperti orang yang sedang mendengarkan lagu favorit atau bertemu dengan kekasih tercinta. Oxytocin disebut juga “essence of empathy” karena mampu mempengaruhi setiap aspek kehidupan sosial dan ekonomi.
Semua perasaan yang terjadi pada tubuh kita sejatinya merupakan hasil reaksi kimia. Reaksi itu bertanggung jawab untuk mengatur atau mengontrol semua aspek emosi, baik yang bersifat positif maupun negatif. Perasaan positif seperti cinta dan kebahagiaan ditentukan oleh konsentrasi dan regulasi hormone ataupun neurotransmitter seperti endorphinyang menjadi hormone penghilang rasa sakit. Selain mampu meredakan sakit, hormone endorphin juga mampu mengubah rasa sakit itu menjadi perasaan gembira.
Untuk menciptakan harmoni di otak, berdasarkan apa yang terjadi terhadap aktivitas berzakat yang pada esensinya bermakna “to share”, seorang neuroleader hendaknya gemar melakukan kegiatan berbagi. Hal ini dilakukan agar sinapsyang ada di otak terus terbentuk yang membuat kondisi otak terus bertumbuh.Sarana berbagi itu dapat berupa banyak hal, tidak hanya terkait dengan materi. Berbagi ilmu, berbagi pengalaman, bahkan berbagi senyuman pun memiliki dampak emosi seperti yang dihasilkan saat kita bederma.
Serotonin di dalam otak bertanggung jawab mengatur suasana hati, mencegah depresi, membuat perasaan bahagia dan ramahsaat sedang berbagi. Perasaan ini sama seperti saat kita mengingat kenangan indah atau memikirkan hal-hal yang membuat perasaan senang dan bahagia.
Outcome seorang pemimpin terdapat pada keputusan yang dihasilkan. Saat seorang neuroleader memutuskan untuk berbagi dan keputusan itu dirasa benar, akan muncul semacam kepuasan yang melegakan. Saat itu terjadi produksi dopaminedi otak yang merupakan hormon kenikmatan karena usaha untuk mencapai suatu tujuan telah terlaksana.
Perasaan bermakna untuk sekitar memacu hormone oxytocin, serotonin, epinephrine, dopamine dan endorphin mengalami peningkatan jumlah konsentrasi di otak yang berdampak padarasa puas pada batinnya. Tentu saja dengan peningkatan neurotransmitters dan hormone tersebut di atas akan berdampak positif bagi kesehatan dan kemampuan fungsi otak. Kinerja otak pun menjadi lebih harmoni, kemampuan memimpin jauh meningkat pesat karena otaknya berfokus pada hal-hal positif yang diciptakan oleh hormone-hormone yang timbul dari aktivitas berbagi.
Selamat berbagi dan salam otak sehat!